TUGAS OBSERVASI
“Manajemen Kelas”
SMP Al-Azhar
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Filipus Riaman Napitu Saragih
(161301032)
T. Yulias Triana (161301011)
Nirmala Sari (161301014)
Fadillah (161301017)
Irham M. (161301062)
Tamariska Br. Gurusinga (161301066)
Renya Clara (161301075)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TA. 2016/2017
Daftar Isi
Sebagai mahasiswa Psikologi yang mempelajari
tingkah laku dan proses mental manusia. Sebuah perilaku terbentuk dan muncul
karena ada dorongan yang berasal dari dalam (intrinsic) maupun di luar diri
(ekstrinsik) manusia. Dorongan-dorongan ini disebut motivasi. Motivasi menjadi dasar
dan landasan manusia melakukan suatu tindakan tertentu.
Semua aktivitas dan tindakan yang kita lakukan terjadi
karena adanya dorongan motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia
yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku).
Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor
eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu
stimulus.
Untuk
mendapatkan dorongan tersebut diperlukan beberapa strategi pengajaran dan
pembelajaran yang tepat untuk dapat memotivasi anak didik serta menghidupkan
suasana untuk mencapai pemahaman materi yang baik.
Kami mencoba mengobservasi sebuah sekolah yaitu SMA Swasta
Al-Azhar Medan untuk melihat bagaimana metode pembelajaran, manajemen kelas,
dan seberapa besar peran motivasi seorang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Kami mengobservasi secara langsung, untuk dapat mendaptkan gambaran secara
deskriptif tentang strategi/metode pembelajaran disekolah tersebut.
Pendidikan
adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar
(Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang
sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak
semua orang dapat diperlakukan dengan porsi yang sama. Dengan adanya perbedaan
rentang usia pastinya terdapat daya tampung ilmu yang berbeda-beda tiap
rentangnya. Oleh sebab itu terbentuklah suatu jenjang pendidikan yang disesuaikan
dengan usia dan kapasitasnya masing-masing. Adapun 4 Jenjang Pendidikan di
Indonesia sendiri, yakni: PG/TK, SD, SMP, dan SMA.
Sekolah menengah
pertama (disingkat
SMP,
bahasa
Inggris:
junior high
school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di
Indonesia setelah lulus
sekolah
dasar (atau sederajat).
Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7
sampai kelas 9. Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti
Ujian
Nasional (dahulu
Ebtanas) yang
memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan
pendidikan ke
sekolah menengah atas atau
sekolah menengah kejuruan (atau sederajat).
Pelajar
sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap
warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni
sekolah
dasar (atau sederajat) 6
tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Dengan kata lain
peserta didik pada jenjang ini adalah kalangan remaja, terutama remaja awal.
Remaja atau adolescence bersal
dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh
kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik
saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Remaja juga dapat
didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Ada dua pandangan teoritis tentang remaja.
Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh Psikolog G.Stanley Hall
: Adolescence is atime of “strom and stess”. Artinya, remaja adalah masa yang
penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa dimana terjadi perubahan
besar secara fisik, intelektual dan emossional pada seseorang yang menyebabkan
kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta dapat
menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dalam hal ini Sigmund freud dan
Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja penuh dengan konflik. Menurut
teoritis yang kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik.
Menurut hurlock (1964) remaja awal (12/13 tahun-17/18 tahun), remaja akhir
(17/18 tahun-21/22 tahun).
Ciri-ciri Remaja Awal (10-14
tahun).
1)
Ciri
fisik:
v
Laju
perkembangan secara umum berlangsung sangat cepat/pesat.
v
Proporsi
ukuran tinggi dan berat badan sering kali kurang seimbang.
v
Munculnya
ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada
bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin
(menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki).
2)
Ciri
Psikomotor :
v
Gerak-gerik
tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
v
Aktif
dalam berbagai jenis cabang permainan.
3)
Ciri
Bahasa:
v
Berkembangnya
penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing.
v
Menggemari
literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
Ciri-ciri Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja terlihat dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
A.
Perkembangan
Biologis
Perubahan fisik seperti
pubertas merupakan hasil aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf
pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan
fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
B.
Perkembangan
Psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa kritis
perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa
remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
C.
Perkembangan
Kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan
berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang
merupakan ciri periode konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan
tentang hal yang akan terjadi. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (asosiasi,diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang
bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. Kecakapan dasar intelektual
menjalani laju perkembangan yang terpesat dan cepat. Kecakapan dasar khusus
(bakat) mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
D. Perkembangan Moral
Adanya
ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan
kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang
kritis seorang remaja mulai mengiuji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis
dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
E.
Perkembangan
Spiritual
Seorang remaja mampu memahami konsep abstrak dan
menginterpirasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati,
berfilosofi, dan berfikir secara logis. Kemudian mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertakan secara kritis dan skeptis.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari
luar dirinya. Dan masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
F.
Perkembangan
Sosial
Remaja harus mampu membebaskan diri mereka dari dominasi
keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga.
Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap
teman dekat dan teman sebaya.
Ciri Konatif, Emosi,
Afektif, dam Kepribadian remaja :
a)
Lima
kebutuhan dasar ( fisiologis,rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan
aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
b)
Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum terkendali seperti pernyataan
marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti
dalam waktu yang cepat.
c)
Kecenderungan-kecenderunganarah
sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan
religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
d)
Merupakan
masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitanya yang sangat dipengaruhi
oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.
Macam
Metode Pembelajaran untuk siswa SMP
Siswa SMP adalah siswa yang rata- rata berumur remaja
yang menurut ahli perkembangan erik erikson berada dalam masa mencari
identitas.jadi menurut pendapat ahli tersebut dapat ditarik beberapa metode
yang cocok digunakan untuk siswa smp
1. Metode pembelajaran memungkinkan komunikasi 2 arah
terjadi seperti guru memberikan materi berupa ceramah,kemudian guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk bertanya.,jika tidak ada siswa yang bertanya maka
guru dapat memberikan dorongan dengan membuatnya menjadi tertarik untuk
bertanya
2. Metode pembelajaran kelompok
Rata rata remaja usia smp suka berkelompok dengan teman
teman sebayanya,jadi naluriberkelompok tersebut dapat digunakan oleh guru untuk
menunjang pembelajaran
3. Metode pembelajaran berdasarkan masalah yang berkembang kemudian guru bisa
mengajak siswanya untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama
Bersehubungan
data diatas dalam ruang lingkup dunia pendidikan, motivasi juga merupakan hal
yang perlu diperhatikan sebagai pendorong minat belajar dalam KBM. Motivasi adalah
proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku
yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.
Ada beberapa perspektif
Motivasi diantaranya:
1.
Perspektif
behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam
menentukan motivasi murid. Insentif adalah stimuli positif atau negatif yang
dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa
insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan
perhatian pada perilaku yang tepat serta menjauhkan mereka dari perilaku yang
tidak tepat (Emmer dkk, 2000). Insentif yang dipakai guru di kelas
antara lain nilai yang baik, tanda bintang, atau pujian jika mereka
menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi
penghargaan atau pengakuan pada murid.
2.
Perspektif
Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian,
kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif. Perspektif ini
berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu
harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
“Aktualisasi
diri”, Kebutuhan tertinggi dan sulit
dalam hierarki Maslow, diberi perhatian khusus. Aktualisasi diri adalah
motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Menurut
Maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah
telah terpenuhi.
3.
Perspektif
Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu
motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut
perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat ini berfokus pada
ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi
mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka
secara efektif.
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan
R.W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa
orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai
dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa
orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena
orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara
efektif.
4.
Perspektif
Sosial
Kebutuhan
afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan
personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam
motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,
keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan
positif dengan guru
Teacher
- Centered Learning
Pendekatan ini memfokuskan guru. Perencanaan dan instruksi disusun
oleh guru. Dalam hal ini, guru juga mengarahkan pembelajaran murid, memiliki
ekspektasi yang tinggi atas kemajuan murid, memaksimalisasi waktu yang
dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha guru untuk meminimalkan
pengaruh negatif terhadap murid.
Perencanaan
Teacher-Centered Learning memiliki tiga alat umum dalam perencanaan ini :
1.
Menciptakan
Sasaran Behavioral
Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan
tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid.
Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya
bahwa sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian :
·
Perilaku
murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
·
Kondisi
di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau
dites.
·
Kriteria
kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima.
2.
Menganalisis
Tugas
Difokuskan pada pemecahan suatu
tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto
& Troutman, 1999). Analisis dilakukan melalui tiga langkah dasar (Moyer
& Dardig, 1978) :
·
Menentukan
keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·
Mendaftar
materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil,
kalkulator, dan sebagainya.
·
Mendaftar
semua komponen tugas yang harus dilakukan.
3.
Menyusun
Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi.
Taksonomi Bloom oleh Benjamin Bloom dkk (1956) mengklasifikasikan sasaran
pendidikan menjadi tiga domain :
a. Domain Kognitif memiliki enam
sasaran, antara lain :
·
Pengetahuan
·
Analisis
·
Pemahaman
·
Sintesis
·
Aplikasi
·
Evaluasi
b. Domain Afektif (respons emosional
terhadap tugas) memiliki lima sasaran, antara lain :
-
Penerimaan
-
Pengorganisasian
-
Respons
-
Menghargai
karakterisasi
-
Menghargai
c. Domain Psikomotor (menghubungkan
aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain,
seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan.
Dalam sains, murid harus menggunakan peralatan yang kompleks; seni visual dan
pahat membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Sasaran psikomotor menurut Bloom
adalah :
-
Gerak
refleks
-
Kemampuan
fisik
-
Gerak
fundamental
dasar
-
Gerak
terlatih
-
Kemampuan
Perseptual
-
Perilaku
nondiskusif
Learner
- Centered Learning
Pendekatan
ini fokusnya adalah kepada siswa bukan guru. Dalam hal ini, persepsi murid
terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan
guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi
murid (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001). Pendekatan ini mengandung
implikasi penting bagi cara guru merancang dan mengajar, karena prinsip-prinsip
tersebut didasarkan pada riset tentang cara belajar paling efektif bagi murid.
Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif.
Pendidikan akan lebih baik apabila fokus utamanya adalah pada orang yang
belajar (learner). Learner-Centered ini dikembangkan oleh American
Psychological Association (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat faktor
:
1.
Faktor
Kognitif dan Metakognitif
Ada
enam prinsip, yaitu :
·
Sifat
proses pembelajaran
·
Tujuan
proses pembelajaran
·
Konstruksi
pengetahuan
·
Pemikiran
strategi
·
Memikirkan
tentang pemikiran (metakognisi)
·
Konteks
pembelajaran
2.
Faktor
Motivasi dan Emosional
Ada
tiga prinsip, antara lain :
·
Pengaruh
motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
·
Motivasi
intrinsik untuk belajar
·
Efek
motivasi terhadap usaha
3.
Faktor Sosial dan Developmental
Ada
dua prisip, antara lain :
a.
Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
b.
pengaruh sosial terhadap pembelajaran
4.
Faktor Perbedaan Individual
Ada
tiga prinsip, antara lain :
a.
Perbedaan individual dalam pembelajaran
b.
Pembelajaran dan diversitas
c.
Standar dan penilaian
Manajemen
kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles,
2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Manajemen lingkungan yang baik
adalah mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal,
menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan
menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi masalah secara
efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik.
Ada
tujuan manajemen kelas yang efektif : membantu murid menghabiskan lebih banyak
waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan
pada tujuan, dan mencegah murid mengalami masalah akademik dan emosional.
·
Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
Gaya
Penataan:
1. Gaya auditorium tradisional, semua
murid duduk menghadap guru.
2. Gaya tatap muka (face to face),
murid saling menghadap satu sama lain.
3. Gaya off-set, sejumlah murid (3-4
orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama
lain.
4. Gaya seminar, sejumlah besar murid
(10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.
5. Gaya klaster (cluster), sejumlah
murid (4-8 orang) bekerja dalam kelompok kecil.
·
Menciptakan
Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Guru
yang otoratif akan cenderung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas,
mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi.
Guru otoratif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan
menentukan standar dengan masukan dari murid. Strategi manajemen kelas yang
otoratif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku
independen.
Nama Sekolah
: SMA Swasta Al-Azhar Medan
Nama Kepala Sekolah
: Drs. Agustini, M.A
Alamat Sekolah
: Jl. Pintu Air IV No. 214
Kecamatan
: Medan Johor
Kabupaten
: Kota Medan
Provinsi
: Sumatera Utara
Ekstrakurikuler
:
- Paskibra
- Pramuka
- Futsal
- Basket
No.
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
1.
|
Menentukan topic
|
15 Maret 2017
|
2.
|
Meninjau keadaan sekolah
|
18 Maret 2017
|
3.
|
Membuat surat izin dari fakultas
|
20 Maret 2017
|
4.
|
Menerima surat izin dari fakultas
|
23 Maret 2017
|
5.
|
Mengirim surat ke sekolah
|
23 Maret 2017
|
6
|
Mengobservasi
|
24 Maret 2017
|
7.
|
Diskusi kelompok
|
4 April 2017
|
8.
|
Posting blog
|
11 April 2017
|
1. Pulpen
2. Buku
Notes, untuk mencatat hasil observasi
3. Kamera
HP sebagai dokumentasi
Data
kami peroleh melalui kegiatan observasi langsung di SMP Al-Azhar. Data tersebut
digunakan untuk mengetahui bagaimana proses “Manajemen Kelas” di SMP Al-Azhar.
Sampel
: Siswa dan Guru di SMP Al-Azhar
Tempat
: SMP Al-Azhar, Jl. Pintu Air IV No. 214 Kwala Bekala, Medan Johor
Penelitian
dilakukan pada tanggal 24 Maret 2017 di
sekolah Perguruan Al-Azhar Medan.
Kelompok berangkat dari rumah masing-masing pada pukul 08:00 menuju fakultas
Psikologi USU dan berangkat secara bersamaan menuju Perguruan Al-Azhar Medan
menggunakan transportasi online. Sampailah kami sekitar pukul 09:00 di
Perguruan Al-Azhar medan. Sebelum memasuki kelas yang akan diobservasi kelompok
memeriksa kelengkapan anggota serta memeriksa barang-barang yang telah dipersiapkan untuk melakukan observasi, yang berupa buku
note, pena, dan kamera ponsel. Setelah semua lengkap kelompok memulai dengan
menemui wakil kepala sekolah untuk memastikan izin mengobservasi manangement
kelas siswa. Kami yang beranggotakan 7
orang dalam kelompok dibagi oleh wakil kepala sekolah menjadi dua kelompok dimana, satu kelas kami
beranggotakan 4 orang dan satu kelas
lagi beranggotakan 3 orang.
Setelah
itu, kelompok satu memasuki kelas 7 Billingual B yang sedang berlangsungnya
pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan kelompok dua memasuki kelas 9 Bilingual A
yang sedang berlangsungya pelajaran dibawa Bahasa Inggris dan dilanjutkan
dengan pelajaran Matematika. Lalu kelompok mulai memperkenal diri, tujuan
kedatangan kelompok serta menjelaskan prosedur observasi. Setelah prosedur
selasai dijelaskan, kelompok mempersilahkan murid-murid melanjutkan kegiatan
yang telah di tetapkan oleh guru masing-masing dan mulai untuk mengobservasi
management kelas tersebut. Setiap anggota kelompok telah memiliki tugas
masing-masing, yaitu ada yang bertugas mencatat bagaimana terjadinya management
kelas, ada yang bertugas mewawancarai sebagian murid dan ada juga yang bertugas
untuk mengabadikan beberapa moment penting dalam kelas. Sekitar pukul 10:30
pelajaran telah berakhir, murid-murid diwajibkan melakukan shalat sunnah dhuha
dan setelah selesai shalat murid-murid pun beristirahat. Sebelum kelas berakhir
kelompok juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi murid- murid terhadap
observasi tersebut.
Setelah
itu kelompok menemui wakil kepala sekolah untuk mengucapkan terima kasih atas
izin dalam melaksanakan tugas observasi management kelas. Sekitar pukul 11:00
kelompok sepakat untuk mengakhiri observasi tersebut dan kembali kerumah
masing-masing menggunakan transportasi online.
·
Kondisi
Kelas
Kami masuk ke dalam kelas VII Billingual B pada 1 mata
pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dipimpin
oleh Miss Dewi. Satu kelas terdiri dari 24 orang, 16 orang perempuan dan 8
orang laki-laki. Pada pelajaran ini semua murid hadir. Pada waktu itu sedang
berlangsung diskusi kelompok, mereka mendiskusikan tentang unsur intrinstik dan ekstrintrik dari sebuah cerpen
yang berjudul Nikmat Tiada Hitungan Matematika. Murid dibagi dalam 4 kelompok,
dimana di setiap kelompok terdiri dari 6 orang
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ini guru
menginstruksikan muridnya membawa buku masing-masing, dan kemudian murid
membaca terlebih dahulu wacana tersebut, dan lalu menceritakan kembali apa yang
mereka baca. Selain itu guru juga menawarkan nilai lebih kepada kelompok yang
menyelesaikan tugas dengan cepat. Dan ini merupakan sebuah motivasi untuk
murid-muridnya. Selain itu kelompok yang bisa menjelaskan hasil diskusi mereka
dengan baik murid yang lain memberi tepuk tangan, ini juga merupakan bagian
dari motivasi. Dan murid dalam kelas VII Billingual B ini sangat aktif, kritis,
kompak dan juga kreatif. Terlihat dari dekorasi kelas mereka yang colorfull dan
nyaman.
Dalam pengamatan kami guru disini mampu menguasai kelas
dengan baik, tapi terkadang muridnya suka ribut terutama murid perempuan. Dalam
mata pelajaran ini murid mampu memahami apa yang guru jelaskan. Miss mampu
dalam menguasai kelas, miss juga berjalan untuk memperhatikan dan membantu para
murid di setiap kelompok. Para murid juga aktif bertanya jika mereka kurang
memahami tugas tersebut.
Setelah beberapa menit, miss pun mulai bertanya tentang
apa isi cerpen tersebut. Lalu ada kelompok
yang mayoritas perempuan menjawab, kemudian miss meminta mereka untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka itu. Setelah kelompok 1 selesai
mempresentasikan hasil diskusi mereka, Miss Dewi menjelaskan tentang unsur
intrinsik dan ekstrinsik dari cerpen tersebut sambil melakukan tanya jawab
dengan para murid. Namun beberapa anak ada yang tidak mendengarkan saat sedang
dijelaskan, ada yang mengobrol, main-main, dan tertawa. Murid perempuan lebih
aktif dalam diskusi dibandingkan murid laki-laki. Sejauh ini semua murid bisa
mengikuti pelajaran dengan baik walaupun sikapnya kurang sopan.
Setelah semua pertanyaan terjawab, jam kelas Bahasa
Indonesia pun berekhir dan Miss Dewi mengajak murid-murid untuk melaksanakan
sholat dhuha.
Menurut pemaparan hasil observasi di
SMPS Al-Azhar Medan di kelas VII Bilingual B diatas maka dapat disimpulkan
bahwa metode belajar yang digunakan adalah metode student-centered yaitu pembelajaran kooperatif. Dikatakan berpusat
kepada siswa oleh sebab sebagian besar input pengajaran berasal dari siswa,
mereka secara aktif akan meningkatkan belajar mereka, serta mereka dapat menentukan
hasil diskusi mereka. Hal ini terlihat dari berlangsungnya diskusi dan persentasi oleh masing-masing kelompok.
Dan hal ini terbukti mampu meningkatkan
kepercayaan diri dan motivasi peserta didik, apalagi guru memberikan imbalan
berupa nilai lebih pada kelompok yang selesai dengan cepat.
Dalam
pelaksanaan observasi ini kami tidak banyak menemui kendala. Surat izin dan administrasi
lain berjalan dengan lancar, dikarenakan salah satu anggota kelompok kami
adalah alumni dari sekolah tersebut. Pihak sekolah juga sangat membantu dan
menyambut dengan baik.
·
Kondisi
Kelas
Kami masuk ke dalam kelas IX Bilingual A pada 2 mata
pelajaran, yaitu Bahasa Inggris dan Matematika Dasar. Mata pelajaran Bahasa
Inggris dipimpin oleh Sir Faisal Asdami dan mata pelajaran Matematika Dasar
dipimpin oleh Sir Abdurrahman. Satu kelas terdiri dari 24 orang, 16 orang
perempuan dan 8 orang laki-laki. Namun pada pelajaran Bahasa Inggris 1 orang
anak perempuan tidak hadir, namun pada saat pelajaran Matematika Dasar ia
hadir. Guru dan murid berbicara dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia. Posisi tempat duduk adalah sepasang.
·
Mata
Pelajaran Bahasa Inggis
Setelah menyiapkan kelas, Sir Faisal meminta para murid
untuk membentuk kelompok. Lalu anak-anak tersebut langsung mengubah posisi
duduk di dalam kelompok mereka masing-masing. Ada 5 kelompok yang terdiri dari
2 kelompok untuk anak laki-laki dan 3 kelompok untuk anak perempuan. Lalu Sir
Faisal memberikan tugas dari buku pegangan mereka. Tugasnya adalah membaca isi
text lalu mencari tahu tentang apa isi text tersebut. Setelah selesai
didiskusikan, maka akan dipresentasikan dalam durasi 5 menit.
Lalu Sir Faisal berjalan untuk memperhatikan dan membantu
para murid di setiap kelompok. Para murid juga aktif bertanya jika mereka
kurang memahami terjemahan text tersebut. Kelompok perempuan yang di tengah
kurang bekerja sama (1), kelompok laki-laki yang di sebelah kanan lebih banyak
bermain daripada berdiskusi (2), dan ada anak perempuan di kelompok perempuan
yang di sebelah kanan kurang sopan saat berdiskusi (3).
Setelah beberapa menit, maka Sir Faisal bertanya tentang
apa isi text tersebut. Lalu ada kelompok perempuan yang menjawab bahwa text
tersebut tentang “seekor rusa yang tidak bersyukur”. Setelah itu Sir Faisal
menjelaskan tentang text tersebut sambil melakukan tanya jawab dengan para
murid. Namun beberapa anak ada yang tidak mendengarkan saat sedang dijelaskan,
ada yang mengobrol, tiduran, dan tertawa. Kelompok laki-laki dan perempuan yang
sebelah kanan kurang memperhatikan dibandingkan kelompok perempuan yang di
tengah dan di sebelah kiri serta kelompok laki-laki disebelah kiri. Murid
perempuan lebih aktif dalam diskusi dibandingkan murid laki-laki. Sejauh ini
semua murid bisa mengikuti pelajaran dengan baik walaupun sikapnya kurang
sopan.
Setelah semua pertanyaan terjawab, Sir Faisal memberikan
pr, lalu Sir Faisal bertanya kapan mau dikumpul. Lalu mereka berdiskusi kapan
waktu yang tepat untuk mengumpulkan pr tersebut. Saat sedang berdiskusi,
suasana kelas sangat ricuh dan tidak kondusif. Setelah mendapat kesepakatan,
Sir Faisal memberikan informasi seputar ujian akhir lalu ia keluar kelas dan
murid mengucapkan salam dan terimakasih.
·
Mata
Pelajaran Matematika Dasar
Sir Abdurrahman masuk ke dalam kelas bersama dengan murid
perempuan yang tidak hadir pada saat mata pelajaran Bahasa Inggris tadi dan
menyapa murid-murid. Lalu Sir Abdurrahman bahwa materi kelas A hari itu adalah
menjawab soal-soal yang ada di buku pegangan tentang soal-soal UN. Lalu setiap
orang akan dipilih untuk mnuliskan jawabannya di depan. Namun para murid
menolak dan mengatakan bahwa merekan ingin soalnya dibahas bersama saja. Lalu
mereka sepakat untuk berdiskusi tetap di dalam kelompok yang sama dengan mata
pelajaran Bahasa Inggris tadi. Lalu Sir Abdurrahman menggambar sebuah kubus di
papan tulis dan mendiktekan soalnya lalu bertanya kepada para murid bagaimana
cara menjawab soal tersebut. Para murid belum menyiapkan buku dan pena saat
soal dibacakan, jadi mereka berkata “belum siap sir”, “sebentar sir”, dan
“pelan-pelanlah sir” sehingga kelas kurang kondusif.
Saat berdiskusi anak perempuan yang baru hadir tadi di
kelompok perempuan sebelah kanan sedang bermain hp sebentar lalu meletakkannya
(1). Murid laki-laki lebih memperhatikan dibandingkan murid perempuan(2). Lalu
Sir Abdurrahman menunjuk kelompok perempuan yang di tengah untuk maju menjawab
soal tersebut. Anggota kelompok tersebut langsung menunjuk 1 murid yang bernama
Laili. Lalu para murid berkata belum siap dan meminta waktu untuk berdiskusi
sebentar. Saat berdiskusi, ada murid perempun yang membuka sepatunya dan
mengangkat kaki (3), bertopang dagu dan bermalas-malasan (4) namun ada juga
murid yang serius mengerjakan soal dan mengajarkan temannya bagaimana cara
menjawab soal tersebut (5). Sir Abdurrahman berkeliling untuk membantu para
murid dalam menjawab soal, membangkitkan murid-murid yang bermalas-malasan, dan
menegur murid-murid yang tidak mengerjakan. Ada perilaku yang kurang sopan
dimana anak menarik baju Sir Abdurrahman saat bertanya mengenai soal (6).
Setelah beberapa menit, lalu Laili beserta temannya maju ke depan untuk
mempesentasikan bagaimana cara menjawab soal kubus tersebut (7). Setelah
selesai, para murid pergiberistirahat.
Perencanaan
awal yang dilakukan sudah cukup matang serta terstruktur dengan rapi, tetapi
dalam pelaksanaannya terdapat sedikit kendala dalam hal pemilihan sekolah yang
akan diobservasi. Setelah dirundingkan dan disurvey maka dipilih SMP Al-Azhar
yang menjadi tempat dimana observasi akan dilakukan. Saat hari pengobservasian,
dipilihlah dua kelas dengan satu tim di setiap kelas. Pembagian tim yang
mendadak dilakukan serta pembagian tugas berlangsung cepat. Dalam kelas,
penjelasan langsung kami beri kepada guru dan murid tanpa basa-basi dan
menghemat waktu agar mereka bertindak seperti biasanya. Satu tim mendapatkan 2
sesi mata pelajaran sedangkan satu tim lainnya hanya dapat mengobservasi 1 sesi
mata pelajaran.
Berdasarkan
hasil observasi yang telah dipaparkan diatas, kami menyimpulkan bahwa manajemen
kelas kurang baik tetapi pengajaran yang dilakukan guru merupakan cara belajar
dua arah yaitu guru dan murid sama-sama mengambil peran dalam proses belajar.
Filipus
Riaman Napitu Saragih (161301032)
Tugas
yang paling menarik adalah observasi kesekolah, disitu kita belajar bagaimana
sebagai mahasiswa, secara kelompok melakukan tugas outdoor secara mandiri,
turun langsung kelapangan, untuk menelaah langsung sesuai kajian yang didapat
selama masa perkuliahan. Alhasil banyak hal postif yang kami dapatkan, dimana
tidak hanya teori, kami mendapatkan pemahaman lebih akan dunia pendidikan.
T
Yulias Triana (161301011)
Saya sangat excited
dengan tugas observasi ini. Karena ini adalah tugas pertama observasi sejak di
Fakultas Psikologi. Dan juga harap-harap cemas dengan teknis pelaksanaan dan
hasilnya. Dan mengalami kebingungan untuk menentukan sekolah yang akan
dijadikan objek observasi. Tetapi beruntung salah satu anggota kelompok kami
adalah alumni SMPS Al-Azhar Medan. Kami pun memilih SMP tersebut, dan observasi
pun berjalan lancar. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan.
Fadillah
(161301017)
Menurut saya dengan
adanya tugas mengobservasi ini dapat menambah ilmu saya dimana selama ini
pembelajaran psikologi pendidikan hanya dalam metode teori dan ceramah tetapi
dengan adanya tugas ini membuat saya lebih mengerti tentang praktek langsung
bagaimana cara melihat management kelas
yang baik dan benar. Kegiatan observasi ini sangat menarik karena kelompok kami
mengobservasi untuk tingkat sekolah menengah pertama. Dan ini merupakan pengalaman pertama saya
serta pengalaman yang paling berharga untuk saya.
Tamariska br
Gurusinga (161301066)
Observasi
adalah pengalaman yang baru bagi saya. Saya mengucapkan terimakasih kepada mata
kuliah Pendidikan dan para dosen pengampu yang membuat tugas observasi ini.
Awalnya degdegan nanti bagaimana cara observasinya,apa yang harus dilakukan.
Untungnya kami saling membantu sesama anggota kelompok sehingga observasi dapat
dilakukan dengan lancar. Kami mengamati proses belajar dan manajemen kelas anak
smp. Itu adalah pengalaman baru yang tak terlupakan bagi saya.
Renya Clara T. S.
Depari (161301075)
Kami memilih observasi
dengan topik manajemen kelas. Saat sedang bersiap-siap untuk pengobservasian, pembagian
tim yang mendadak menjadi dua sempat membuat saya kaget karena harus mengontrol
dan mengobservasi kelas. Tetapi saat observasi berlangsung ternyata tidaklah
sesulit yang saya pikirkan karena saya sudah pernah berada di posisi mereka
sebagai murid. Serta saya juga sudah mempelajari teori-teori psikologi
pendidikan tentang bagaimana mendidik yang efektif sehingga mempermudah untuk
menilai dan mengobservasi. Saya juga merasakan mereka sebagai murid sangat
akrab dan langsung dengan mudah menerima kami.
Nirmalla Sari
(161301014)
Selama observasi saya
banyak mendapat kesan yang menyenangkan . Selain itu dengan observasi wawasan
dan pengalaman saya bertambah. Dan
dengan observasi ini juga saya lebih paham bagaimana cara memanajem kelas. Intinya selama observasi saya sangat senang
dan bersemangat.
Irham M. (161301062)
Selama observasi dapat
kesan yang menyenangkan karena observasi dapat membantu kita melihat langsung
bagaimana manajemen kelas. Jadi kita bukan hanya dituntut untuk mengetahui
teorinya saja tetapi dituntut untuk memahami bagaimana manajem kelas jika
berada di lapangan langsung. Selain dapat mengetahui manajemen kelas kita juga
dapat tambahan yaitu kita bisa mengetahui dengan melihat secara langsung
perkembangan anak pada masa umurnya. Intinya satu observasi MANTAP
Daftar Pustaka :
Santrock,
John W. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Universitas of Texas at Dallas. Kencana: Prenada Media Group.
http://www.psychoshare.com/file-817/psikologi-industri-dan-organisasi/hubungan-motivasi-dengan-perilaku.html